19 tradisi di beberapa daerah di jawa
UPACARA-UPACARA ADAT DI JAWA
Adat istiadat adalah sebuah kebudayaan yang
sudah menjadi tradisi pada setiap masyarakat yang sudah menjadi ketentuan
daerah tersebut. Upacara adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau selametan.
Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang
dipimpin tetua adat atau tokoh agama.
Adapun cara atau upacara-upacara adat jawa sepertidi bawah berikut :
RUAH DESA ini biasanya Di
adakan tiap tahun sekali pelaksanaannya yang seing di lakukan bulan ruwah dan
sebelum bulan puasa yaitu tujuan acara ruwah desa ini adalah untuk menginggat dan
mendoakan nenek moyang yang telah mendirikan desa atau kampung tersebut selain itu mendoakan untuk keselamatan bersama yang
tinggal di kampong atau yang tinggal di desa tersebut .
Dan pada bulan itu biasanya
di adakan acara hiburan di tempat daerah yang di anggap keramat tersebut atau
di adakan acar arak-arakan keliling desa (karnafal) dan tempat hiburan ialah
tampat yang di jadikat tempat selamatan ( tempat berlangsunya acara ruah desa )
Bagi masyarakat Suku Tengger, Upacara adat
adalah salah satu wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada tuhan. Ada
banyak upacara adat di masyarakat Tengger yang memiliku tujuan bermacam-macam
diantaranya meminta berkah, menjauhkan malapetaka, wujud syukur atas karunia
yang diberikan tuhan kepada masyarakat Tengger.
Salah satunya adalah upacara adat Kasada.Upacara ini adalah
upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma anak Jaka Seger dan
lara Anteng. Selain itu upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat tengger untuk
meminta keselematan dan berkah. Upacara ini dilaksanakan padat tanggal 14 s.d.
16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit secara utuh setiap
setahun sekali.Pada saat upacara ini berlangsung masyarakat suku tengger
berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan dan ayam sebagai sesaji
yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek. Pada saat sudah mencapai di
kawah gunung Bromo, seluruh sesaji tersebut dilemparkan ke tempat tersebut.
Upacara ini bertujuan untuk menjaga keselamatan para nelayan dari
ganasnya ombak pantai selatan serta memohon berkah dengan cara mempersembahkan
upeti kepada penguasa gaib sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat.meskipun
dulunya tidak sebesar sekarang Dan Pada saat puncak acara yang disebut dengan labuh atau larung, aneka sesaji berupa makanan lezat serta
berbagai hidangan sakral lainnya diceburkan ke laut. Biasanya labuh ini
dilaksanakan pada pertengahan bulan maulud.
Upacara tedhak siten diadakan karena adanya
kepercayaan sementara orang bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib, di- samping
itu adanya kepercayaan bahwa tanah dijaga oleh Bethara Kala. Oleh karena itu si
anak perlu dikenalkan kepada Bathara Kala sipenjaga tanah, melalui upacara
yang disebut tedhak siten, agar Bathara Kala tidak marah. Sebab apabila Bathara
Kala marah, akan menimbulkan suatu bencana bagi si- anak itu.
Ada ketentuan hari untuk melaksanakan upacara
tedhak siten ini biasanya disesuaikan dengan weton (hari lahir) si anak Adapun.
Jembangan (bak mandi) yang diisi dengan air
bunga setaman. Sangkar ayam (kurungan : Jawa).
Benda-benda yang diletakkan dalam kurungan,
dianta- ranya : padi, kapas, alat-alat tulis dan bokor yang berisi beras kuning
Tikar yang masih baru sebagai alas kurungan. Tangga yang terbuat dari tebu.uadah
(nasi ketan yang telah dilumatkan), juadah ini terdiri dari tujuh warna :
merah/putih, hitam, biru, kuning, ungu dan merah jambu.Sajian untuk kenduri
yang terdiri dari nasi tumpeng panggang ayam dan lauk-pauknya kulupan.
Disamping itu juga dilengkapi dengan jajan pasar, bubur merah, bubur putih dan
bubur sengkolo.
5. UPACARA SEBLANG BANYUWANGI JAWA TIMUR
Ritual Seblang adalah salah satu ritual masyarakat Using yang
hanya dapat dijumpai di dua desa Kab.Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan desa
Olehsari. Seblang atau Sebele ilang (sialnya hilang) Ritual ini dilaksanakan
untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman
dan tentram.
Penyelenggaraan tari adat Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olehsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya.
Penyelenggaraan tari adat Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olehsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya.
6. UPACARA KEBO-KEBOAN DI BANYU WANGI
Di Kota Banyuwangi terdapat sebuah suku
yang memiliki kesenian unik, yaitu Suku Using yang memiliki kesenian
Kebo-Keboan , masyarakat Banyuwangi berupaya keras mempertahankan kemurnian dan
kesakralan kebudayaan mereka tersebut.Konon,asal muasal ritual kebo-keboan
berawal terjadinya musibah pagebluk ( wabah ). Kala itu, seluruh warga diserang
penyakit dan tanaman diserang hama. Banyak warga kelaparan dan mati akibat
penyakit misterius. Seorang sesepuh yang sedang semedi ( bertapa ) mendapat
wangsit dari semedinya di bukit tempat dia bersemedi untuk menggelar ritual
kebo-keboan dan mengagungkan Dewi Sri di daerah yang terserang pageblug ( wabah
).Keajaiban muncul ketika warga menggelar ritual kebo-keboan. Warga yang sakit
mendadak sembuh. Hama yang menyerang tanaman padi sirna. Sejak itu, ritual
kebo-keboan dilestarikan. Mereka takut terkena musibah jika tidak
melaksanakannya.Warga yang merayakan ritual ini sama seperti merayakan hari
raya perbedaannya penentuan tanggal bukan mentri agama . Para sesepuhlah tempat
itulah yang menentukan tanggal perayaan, berdasarkan penghitunan kalender Jawa
Kuno.
7. Selametan
Upacara
adat Jawa sering disebut “selametan”. Upacara ini dilakukan secara turun
temurun sebagai peringatan doa. acara ini dilakukan untuk mintak doabersama dan
di tujukan yang mengadakan acar selametan tersebut dalam hal selametan ialah
bermacam macam-macam mintak doa pada masyarakat yang di undang dalam acara selametan
(atau selamatan syukuran atas rzeki yang di terimanya agar lancer dalam usahnya
) dan untuk keselamatan dirinya / kelwarganya agar selamat untuk menjalankan
kehidupannya dan adapun selamata untuk mendoakan oran yang sudah meninggal dan para
leluhur agar diberinya ketentraman serta
di terima di alam kuburnya .
Upacara ruwatan adalah
upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk meruwat atau menyucikan
seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan keselamatan dalam
menjalani hidup.
Upacara ruwatan misalnya yang dilakukan di dataran Tinggi Dieng.
Anak-anak berambut gimbal yang dianggap sebagai keturunan buto atau raksasa
harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala marabahaya.
Dalam pernikahan adat Jawa ada yang
dikenal juga upacara perkawinan Ada beberap tahapan yaitu :
mulai dari siraman, siraman, upacara
ngerik, midodareni, srah-srahan atau peningsetan, nyantri, upacara panggih atau
temu penganten, balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual kacar kucur atau tampa
kaya, ritual dhahar klimah atau dhahar kembul, upacara sungkeman . sampai sah
terima pengantin dari perwakilan masing-masing pegantin baik penagntin pria
maupun pengantin perempuan.
Selain
upacara kenduren, di Jawa juga dikenal Upacara Grebeg. Upacara ini digelar 3
kali setahun, yaitu tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), 1 Sawal (bulan kesepuluh)
dan 10 Besar (bulan kedua belas). Upacara ini digelar sebagai bentuk rasa
syukur kerajaan terhadap karunia dan berkah Tuhan.
11.
SEKATEN
UpacaraSekaten ialah merupakan upacara adat Jawa yang digelar dalam kurun tujuh
hari sebagai bentuk peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. kata Sekaten yang
menjadi nama upacara tersebut berasal dari istilah Syahadatain, yang dalam
Islam dikenal sebagai kalimat tauhid. Upacara ini biasanya digelar dengan
mengeluarkan kedua perangkat gamelan sekati dari keraton, yaitu:
gamelan Kyai Gunturmadu dan gamelan Kyai
Guntursari untuk diletakan di depan Masjid Agung Surakarta
12. Ngurit
Apabila
sawah telah dikerjakan maka benih segera ditabur (ngurit). Pada saat ini
diadakan selamatan dengan sajian nasi golong & Jenang abang jenang
sengkolo cok bakal, jeroan ayam (isi perut ayam).
Maksud selamatan tersebut agar benih yang ditabur dapat tumbuh
subur. Setelah upacara ngurit. upacara selanjutnya ialah pada saat tandur
(menanam). Pada saat ini diadakan sajian sederhana yang berwujud cok bakal yang
diletakkan di petak sawah, dimana tandur dimulai. Begitu pula saat panen padi
13tingkepan (upacara usia kehamilan
tujuh bulan bagi anak pertama),
14babaran (upacaramenjelang lahirnya
bayi),
15sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari dan lepasnya bekas tali pusar pada nayi ),
16pitonan(upacara
setelah bayi berusia tujuh bulan),
17. Penduduk Jawa Timur Sebelum dilakukanlamaran, pihak laki-laki melakukan
acara
- nako'ake (menanyakan apakah si gadis
sudahmemiliki calon suami), setelah itu dilakukan
- peningsetan (lamaran). Upacara perkawinandidahului dengan acara temu atau
- kepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan,Gresik, bahkan
Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria, pada umumnya
pria yang akan masuk ke dalam keluarga wanita dan melamar pihak wanita .
Arum suci blogg
0 komentar:
Post a Comment