SEJENAK MENGINGAT BALI TEMPO DULU
Sebelum masuk budaya modern
dari Belanda dan Jepang, masyarakat Bali tidak pernah mengenal pakaian. Untuk
kaum laki-laki menggunakan kamben seperti rok dan perempuan menutupi kaki
dengan kamben, namun bertelanjang dada dan dengan cirikhas bunga kamboja yang disematkan
pada rambut dan kuping.
memang sudah biasa kala itu
sebelum penjajah masuk dengan unsur modernitas mereka. Pelan-pelan masyarakat
Bali mulai mengenal yang namanya pariwisata dan baju menjadi bagian dari aturan
dalam berpakaian. Semakin banyaknya kapal-kapal pesiar menuju Bali dan singgah
di bali . Ini terjadi pada abad ke-19 ketika pesona Bali mulai memikat para
wisatawan dunia pada waktu itu yang pernah singgah di piulau bali pada waktu
pelayaran mereka dalam berdagang .Dan dengan kependudukan Belanda di Buleleng
pada tahun 1848 yang silam, mulailah muncul aturan baru.
memang sudah biasa kala itu sebelum penjajah masuk dengan unsur modernitas mereka. Pelan-pelan masyarakat Bali mulai mengenal yang namanya pariwisata dan baju menjadi bagian dari aturan dalam berpakaian. Semakin banyaknya kapal-kapal pesiar menuju Bali dan singgah di bali .
Ini terjadi pada abad ke-19 ketika pesona Bali mulai memikat para wisatawan dunia pada waktu itu yang pernah singgah di piulau bali pada waktu pelayaran mereka dalam berdagang .Dan dengan kependudukan Belanda di Buleleng pada tahun 1848 yang silam, mulailah muncul aturan baru.
Pemuda-pemuda tanggung pun mulai merasa gengsi bila hanya memakai kain batik dan penutup kepala yang merupakan tradisi leluhur mereka. Ketika malam tiba, baik di Buleleng maupun Denpasar, pemuda urban akan melengkapi dirinya dengan satu set baju piyama, peci bergaya muslim, sandal, sepeda ontel, dan lampu senter. Tetapi mereka masih menyematkan bunga di telinga sebagai budaya Bali yang tidak bisa dipisahkan sampai sekarang.
Arum suci blogg
0 komentar:
Post a Comment